Sahabat,
sejak kecil hingga dewasa kita selalu diajarkan dan dimotivasi oleh orang tua
kita, guru kita dan motivator kita bagaimana hidup ini harus SUKSES dan JADI
PEMENANG, ini kadang membuat kita tidak ada yang mau mengalah dalam segala hal,
yang Bisnis ingin CEPAT KAYA, yang Pejabat ingin CEPAT BERKUASA, yang
berkeluarga ingin CEPAT BAHAGIA, semua ingin menjadi yang terdepan.
Ternyata
untuk Sukses dan Bahagia tidak harus selalu menjadi yang terdepan, apalah artinya
kita menjadi yang terdepan kalo orang-orang yang dibelakang kita ketinggalan
jauh, kan lucu jadinya ngacir sendirian, ya gak ?. nah ternyata salah satu
faktor Sukses Bahagia kita itu karena ada orang-orang dibelakang kita yang MAU
MENGALAH, gak percaya ? ini kisahnya……
Urainab
baru saja menikah. Ia tinggal bersama suami di rumah mertuanya. Sejak pertama
kali tinggal di rumah mertuanya, Urainab sudah merasa tidak cocok dengan ibu
metua. Urainab merasa mertuanya sangat keras dan cerewet. Urainab sering
dikritik ibu mertua karena perbedaan sikap dan prinsip mereka dalam semua
perkara.
Pertengkaran
sering terjadi. Urainab dan ibu mertua selalu berselisih. Yazid, suami Urainab
merasa sedih melihat hal itu. Namun, dia tidak mampu menyelesaikan persoalan antara
istri dan ibunya. Jika dia membela ibunya, bagaimana dengan istrinya. Jika dia
membela istrinya, tentu akan membuat ibunya sakit hati. Yazid hanya bisa berdoa
kepada Allah, semoga persoalan antara istri dan ibunya segera selesai dan
mereka hidup damai bersama.
Hari
pun terus berlalu, suasana panas di rumahnya tak berubah. Yazid sempat terpikir
untuk membawa istrinya pindah dari rumah ibunya. Namun, dia belum memiliki
tempat lain untuk ditinggali, apalagi ibunya yang beranjak tua tak tega dia
tinggalkan.
Keadaan
semakin memburuk, pertengkaranterus terjadi, dan tidak ada satu pun yang mau
disalahkan atas setiap pertengkaran. Akhirnya, Urainab memutuskan untuk
melakukan sesuatu demi mengakhiri pertengkaran dengan ibu mertuanya. Dia
berencana akan meracuni mertuanya.
“Kalau
Ibu meninggal, tidak ada lagi yang akan mengganggu hidupku!” pikir Urainab.
Urainab
lalu mengunjungi Sufyan bin Umar, seorang ahli obat disebuah kota. Dia
menceritakan masalahnya dan meminta Sufyan bin Umar untuk memberinya racun.
“Aku
mengerti masalahmu dan betapa kamu menderita karenanya. Aku akan membuatkan
racun yang paling ampuh untukmu, asal kamu mendengarkan semua saranku.” Kata
Sufyan bin Umar.
Urainab
mengangguk. Jauh di dalam hatinya, dia merasa berdosa karena memiliki niat yang
buruk atas mertuanya. Bukankah dalam Islam telah diajarkan bahwa mertua adalah
orang tua juga. Ibu mertua adalah ibunya juga. Namun, rasa sakit hati dan marah
telah membakar dirinya.
“Sebelum
racun ini diberikan, selama satu bulan menurutlah pada apa yang diperintahkan
dan diinginkan oleh ibu mertuamu,” saran Sufyan bin Umar.
Urainab
mengangguk setuju.
Urainab
lalu pulang dengan lega. Racun yang diberikan Sufyan bin Umar disimpannya dalam
dompet. Hari demi hari berlalu, urainab menuruti apa yang diperintahkan ibu
mertuanya. Dia membersihkan rumah, memasak, menyapu halaman, mendengarkan ibu
mertua ketika sedang berbicara dan melakukan banyak perbuatan baik padanya. Dia
tidak lagi berdebat dan melayani ibu mertua bagai ibu kandungnya sendiri.
Awalnya,
hati Urainab berontak. Namun, dia teringat pesan Sufyan untuk menuruti semua
keinginan dan perintah ibu mertua selama satu bulan. Sesudah itu, ibu mertuanya
akan dia racun hingga mati. Hari demi hari berlalu, tidak ada lagi pertengkaran
di rumah itu. Yazid sangat bahagia melihat perubahan sikap istri dan ibunya.
Istrinya tidak lagi mendebat dan lambat laun ibunya tak bersikap keras lagi.
Suasana rumah menjadi hangat dan nyaman. Urainab merasa senang dan nyaman. Ia
dan ibu mertuanya menjadi sepasang sahabat baik.
Satu
bulan tiba. Sudah waktunya Urainab meracuni ibu mertuanya. Urainab membuka
dompetnya, tiba-tiba dia menangis hebat. Hatinya terasa sakit. Kali ini bukan
karena perlakuan ibu mertuanya, melainkan karena niat buruknya. Kini, dia
mengerti kalau ibu mertuanya melakukan semua itu karena ingin mengajarinya
menjadi istri yang baik bagi suaminya. Satu bulan telah mengajarkan banyak hal
pada Urainab. Sekarang Urainab bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah, memasak,
dan melayani suami dengan baik.
Sayup
terdengar di ruang tengah, ibu mertuanya sedang berbincang dengan tamu.
“Aku
sungguh beruntung memiliki menantu seperti Urainab. Dia adalah menantu terbaik
yang kumiliki. Dia sangat patuh, rajin, dan shalihah,” ujar ibu mertuanya
dengan bangga.
Dada
Urainab semakin sesak, “Ya Allah, maafkan semua salah dan niat burukku.”
Ya…akhirnya
Urainab mengurungkan niatnya meracuni ibu mertuanya, maka jadilah kehidupan
keluarga itu bahagia dan menyejukkan bagai hidup di Istana Sorga.
“Ibu
mertua kedudukannya sebagai ibu” –HR TIRMIDZI DAN AHMAD
Ya
ya ya…. Memang kadang kala mertua kita itu sangat ‘nyebelin’, tapi gak semuanya
lho, makanya kalo mau nikah jangan hanya lihat cantik atau tampan anaknya saja,
lihat juga hati calon mertua, he he he….
Berbeda
paham dan berseberangan pandangan mengarah kepada perselisihan dan perselisihan
mengarah kepada kemarahan dan kemarahan adalah api, dan air adalah pemadam api,
bila air adalah pemadam api maka mengalah adalah pemadam kemarahan tersebut.
Tapi
untuk bisa mengalah itu ternyata perlu LATIHAN, mau marah tahan dengan
senyuman, ingin membenci tahan dengan memberi, mau melawan tahan dengan
memaafkan, gimana kalo sudah keterlaluan dan kita sudah gak tahaaaaaan ? ya
coba perbanyak istighfar, minta bantuan Allah untuk menahan gejolak hati kita,
bukankah Dia sangat mampu mebolak-balikkan hati-hati kita ? percayalah FITRAH
setiap kita ingin hidup tenteram dan bahagia dalam berumah tangga, dan
yakinlah, ketika yang MENDOMINASI hati kita hanyalah NAMA ALLAH, maka
sifat-sifat kasih sayang Allah akan meresonansi hati kita dan hati orang-orang
disekitar kita, PASTI !
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut (mengalah) terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
(QS. Ali ‘Imron: 159).
“Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang
besar.” (QS. Fushshilat: 34-35)
0 comments:
Post a Comment